Share Faith


DIDACHE

Hi, Ursuline’s students, good morning. Have you prayed today? I hope you have. You are really great! I would like to share about DIDAHCHE. What is it?

Didache is Foundational Christian Instruction. A manual for a discipleship process


FOREWORD

“Go out to the whole; proclaim the Gospel to all creation. Whoever believes and is baptized will be saved; whoever does not believe will be condemned” (Mark 16: 15-16 NJB).

All authority in heaven and on earth has been given to me. Go, thefore, make disciples of all nations; baptize them in the name of the Father and of the Son and of the Holy Spirit, and teach them to observe all the commands I gave you. And look, I am with you always; yes to the end of time” (Matthew 28: 18-20 NJB).

The Good News is the Lord Jesus Christ, who is to be proclaimed and presented to all by whatever means as the greatest and unsurpassable-nay, as the only value that really matters in this life. “I consider everything a loss compared to the surpassing greatness of knowing Christ Jesus my Lord, for whose sake I have lost all things. I consider them rubbish, that I may gain Christ and be found in Him” (Philippians 3: 8-9 NIV)

In order to better understand the concept of discipleship, here are some principles:

  1. Basis : Word of Jesus and the Disciple’s Obedience.
  2. Total Commitment.
  3. Fruitfulness.
  4. Motivation : Love
  5. Mission

This DIDACHE : Foudational Christian Instructional Manual is a follow up of basic evangelization. It will contain several modules of topics that are foundational to Christian discipleship. This is designed to initiate the Christian disciple into an intimacy with the Lord, to lead him to a clearer and deeper understanding of what Christian life is all about.

May this manual of instruction serve this purpose. May the Christian disciple more clearly appreciate the life which he has been called to by our Lord Jesus Christ. May he come to know Jesus Christ more intimately, as he sincerely accepts his invitation: “Come and see” (John 1:39), and daily strive to walk in his footsteps. May he, after a period of intense discipleship, come to a point in his life when he will be able to confidently profess with St. Paul: “Life to me, of course, is Christ” (Philippians 1:21 NJB).

Reference :

FR. BART A. PASTOR

JANUARY 19, 1992

FEAST OF STO.NINO

MODULE 1 : WHAT IS EFFECTIVE PRAYER?

Introductory Remarks:

  1. Recall the wheel of Christian life, in which prayer is the number one spoke that connects our daily Christian life with the power and direction that our Lord Jesus Christ offers. Prayer is necessary for the Christian to grow in his personal relationship with Christ.
  2. Recall the account of the Acts of the Apostles, which tells us how the first believers in Jerusalem remained faithful not only to the Apostolic teaching but also to the prayers.
  3. The first module of the DIDACHE series is therefore devoted to lessons on effective prayer, designed for the Christian to go deeper in his personal intimate relationship with the Lord.

Input

  1. What can we expect when we pray?
    1. God will reveal himself and will answer us when we pray (Jeremiah 29:12-14)
    2. When we pray we can expect changes in ourselves (2 Corinthians 3:18)
    3. We too can expect changes even in circumstances around us (James 5:17-18)
  2. Spiritural basis for effective prayer
    1. James 5:16b “Pray for one another to be cured; the heartfelt prayer of someone upright works very powerfully.” A righteous life is a prerequisite for effective prayer.
    2. Luke 11:9 “So I say toyou; ask and it will be given to you; search, and you will find; knock, and the door will be opened to you.” Our Lord Jesus Christ himself promises results when we pray.
    3. John 15:7 “If you remain in me and my words remain in you, you may ask for whatever you please and you will get it.” Close intimacy with Christ assures us of effectivity in prayer.
    4. Mark 11:22-24 and James 1:6-8. Solid faith in God’s almighty power.
    5. 1 John 5:14. Asking according to God’s will assures us of results in prayer.
  3. Our attitude to God in prayer : humility, sincerity, reverent submission.
  4. Purpose of prayer : seeking God, asking for Him, offering to God, receiving from God, listening to God.
  5. Results of prayer : power of God manifested, prayers answered, empowering for spiritual battles, forgiveness and healing, changed lives, salvation, others are blassed too.

Reflection (Written)

  1. What are the things you want God to change in your life? How do you think God will answer your prayer?
  2. What are the things you regularly request of God? Do you think God will answer you? Why?
“Please, write your reflection!”

Pusatkan Pada Yang Positif


Hitunglah berkat yang telah anda terima, maka anda akan merasa bahagia.
Janganlah hanya menghitung uang dan memperhatikan masalah yang ada.

Cobalah anda perhatikan tiga soal matematika berikut, lalu cobalah anda simpulkan dulu sebelum membaca lagi artikel ini !
6 + 3 = 10
4 + 3 = 8
3 + 6 = 9



Apa kesimpulan anda?

Sebagian besar pasti akan mengatakan salah dua, bukan benar satu.
Ternyata memang kita lebih mudah melihat kesalahan atau hal yang negatip, dibandingkan dengan melihat hal yang positip. Bila melihat orang pun, maka hal negatip pada orang itu yang menjadi pusat perhatian kita, bukan kelebihannya yang kita hargai.

Karena itu marilah kita berubah, dengan melihat hal yang positip di atas hal yang negatip. Karena itu bila kita ingin bahagia dalam mengarungi kehidupan, kita perlu melihat berbagai hal positip yang diberikan Tuhan pada kita, yaitu berkat, anugrah yang telah kita terima. Syukurilah hal tersebut dan berterimakasihlah pada Tuhan.

Janganlah anda konsentrasi hanya pada masalah yang sedang kita hadapi, atau terfokus hanya pada harta dunia, seperti uang saja. Bila kita melihat hal yang negatip, maka pikiran kita penuh dengan hal yang negatip. Otomatis tindakan kita pun menjadi negatip. So ... lihat yang positip, berpikir positip dan bertindak positip. Lihat yang terang, maka kita pun menjadi bercahaya. Bangkit dan bercahayalah !


(diambil dari catatan : Bapak Dominikus Agus Goenawan)

Mari Belajar : TEATER

PENDIDIKAN SENI BUDAYA (TEATER)

SMA REGINA PACIS SURAKARTA

KELAS X TH. 2008/2009

Pendidikan Seni Budaya dan Ketrampilan yang diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan : “belajar dengan seni”, “belajar melalui seni”, dan “belajar tentang seni”. Peran itu tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain.
Pendidikan Seni Budaya dan Ketrampilan memiliki sifat multi lingual, multi dimensional, dan multi cultural. Multi lingual bermakna pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai perpaduannya. Multi dimensional bermakna pengembangan keragaman kompetensi melalui konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika. Multi cultural mengandung makna pendidikan seni menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam budaya Nusantara dan mancanegara. Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan seseorang hidup secara beradab serta toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk.

Pendidikan Seni Budaya dan Ketrampilan memiliki peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan siswa dalam mencapai multi kecerdasan yang terdiri atas kecerdasan intrapersonal, inter personal, visual spasial, musikal, lingustik, logic matematik, naturalis serta kecerdasan adversitas, kecerdasan kreativitas, kecerdasan spiritual dan moral serta kecerdasan emosional. Oleh karena itu, dalam rangka memenuhi ulangan praktek maka siswa-siswi kelas X merampungkan tugas akhir dari mata pelajaran Teater berupa pembuatan naskah drama yang merupakan karya cipta dalam kerja kelompok Teater.

Ada dua tujuan utama yang ingin dicapai oleh pembina dalam rangka tugas ini, yaitu pertama, memberikan tempat dan perhatian khusus kepada salah satu bidang formatif yang nampaknya kurang mendapat tempat dan perhatian dalam era perkembangan global dewasa ini, yakni bidang humaniora. Bidang humaniora berusaha mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan secara menyeluruh seimbang untuk turut ambil bagian menciptakan suasana hidup yang segar dan berhasil menciptakan kesejukan hidup. Kedua, tujuan khusus berupa pentas kelompok teater yang berusaha menghidangkan sebuah aspirasi usaha memperjuangkan nilai-nilai persahabatan dalam menghadapi tantangan-tantangan hidup dewasa ini. Dari hasil pentas kelompok ini, diharapkan semua yang terlibat, baik sebagai pemirsa maupun sebagai penyaji, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik secara material maupun secara moral dapat mengambil hikmah sebanyak mungkin. Kepada para penyaji saya ucapkan selamat berkreasi dan kepada para pemirsa saya ucapkan selamat menikmati, sedangkan kepada para pemerhati teater maupun drama saya ucapkan banyak terima kasih.

Elias Anwar, B. Th

(Pembina Teater)

MEMBANGUN BUDAYA NILAI


MEMBERIKAN HAL POSITIF

Setiap orang dapat menciptakan lingkungan hidupnya, sesuai pilihannya. Untuk itu orang perlu belajar membuat pilihan-pilihan yang tepat. Seseorang dapat menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, dengan aktif memberi perhatian kepada rekan-rekan kerjanya. Hal ini akan melahirkan saling memperhatikan dan saling menghargai satu sama lain. Tipsnya sederhana saja, ”Sambutlah setiap teman dengan kehagatan, sapaan dan senyuman.” Sapaan seperti ini dapat membuat atmosfer lebih sehat dan lebih baik.

Gosip adalah racun setiap komunitas. Oleh karena itu, jangan pernah mendengar gosip. Kalau terpaksa harus mendengarkan, janganlah memberikan tanggapan, apalagi menyebarkan gosip negatif. Namun, tanpa gosip suasana sepertinya hambar. Maka gosip positif dapat dikembangkan sebagai gantinya. Bicarakanlah kelebihan dan kebaikan orang lain. Ini tidak mudah, sama seperti semua keterampilan hidup, untuk bergosip positif ini kita perlu belajar membiasakan diri. Menurut keyakinan Behaviorisme, bahwa kepribadian adalah hasil dari pengalaman belajar dan membiasakan diri. Maka biasakan bergosip positif, maka Anda akan dengan sendirinya sedang membangun pribadi yang positif.

Ternyata, bila setiap orang memberikan hal yang positif kepada orang lain, maka akan tercipta:

  • Dunia yang penuh damai, setiap orang merasa bersaudara.
  • Lingkungan yang membahagiakan, setiap orang mersa aman.
  • Tempat kerja yang menyenangkan, dimana setiap orang dapat berkreasi.

Dunia seperti itu dapat kita ciptakan, hanya dengan cara sederhana. Setiap kali kita bertemu dengan siapa saja, kita melihat dia sebagai saudara yang pada hari ini dititipkan Pencipta bagi kita untuk kita cintai dan kita kasihi. Hal itu bisa kita lakukan melalui kegiatan sederhana:

  • Selalu memberikan perhatian pada orang yang ada di sekitar kita.
  • Memberikan senyuman kepada orang yang kita temui (di rumah, di jalan, di tempat kerja, dan di mana saja).
  • Memperlakukan setiap orang seolah-olah “Pencipta” dengan penuh penghargaan, menyapa dengan halus, memberikan yang terbaik.

Kesimpulan

Apabila kita memberikan yang positif kepada orang lain, sebenarnya kita menciptakan surga di lingkungan kita. Sebaliknya bila kita mengkritik, mendiamkan atau memberikan tanggapan negatif kepada rekan kita, sebenarnya kita sudah menciptakan neraka. Kunci surga dan neraka itu sesungguhnya ada di tangan kita. Setiap saat, kita tinggal memilih, yang mana yang hendak kita pakai.



Reference : Metode Living Values - Bpk. Fidelis

KE MANA ARAH PENDIDIKAN KITA?



What did you learn in school today dear little boy of mine?

Demikianlah salah satu kalimat dalam sebuah puisi yang ditulis oleh Paulo Freire. Jawaban atas pertanyaan semacam itu bisa1001 macam ragamnya tergantung pada siapa yang dimaksud dengan ‘dear little boy of mine’ itu. Seorang murid di Amerika boleh jadi akan menjawab: “I learned that Washington never told a lie” atau “I learned that war is not so bad”. Sedangkan murid di Indonesia mungkin memberi jawaban bahwa ia belajar menghafal singkatan-singkatan, nama-nama menteri kabinet, nama-nama ibu kota di Indonesia. Seorang ahli pendidikan yang menganut paham liberal akan memberikan jawaban yang berbeda dengan mereka yang menganut paham pendidikan bermuatan agama atau bermuatan kebangsaan. Jawaban mereka akan lain lagi dengan jawaban orang-orang yang memandang pendidikan dalam kaitannya dengan pembangunan ekonomi atau penguasaan iptek.

Dari berbagai jawaban yang mungkin muncul itu sebenarnya terkandung sebuah persoalan mendasar dalam dunia pendidikan yaitu orientasi pendidikan. Ke mana pendidikan kita ini mau melangkah? Untuk kebutuhan pasar? Kebutuhan lembaga? Kebutuhan pembangunan? Atau …………….? Selama orientasi pendidikan masih diarahkan untuk kebutuhan di luar diri manusia sendiri,pendidikan akan selalu merupakan topik yang penuh problematika. Sebab pendidikan pada dasarnya adalah berpusat pada pengembangan diri manusia yang dididik itu sendiri. Driyarkara menyebutnya sebagai proses pemanusiaan manusia muda dan ini memuat hominisasi dan humanisasi. Oleh karena itu, topik ini selalu actual untuk dibicarakan oleh siapa saja yang berminat.

Laskar Pelangi